fbpx

Wawancara Penelitian, Pahami Tipsnya Sebelum ke Lapangan

Apa itu wawancara?

Wawancara menjadi istilah yang tidak terlepas dari kegiatan penelitian. Namun sebelum kita bahas lebih erat dengan penelitian, sebaiknya kita ketahui arti dari kata wawancara terlebih dahulu. Menurut KBBI, wawancara berarti tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi. Adapun arti yang berhubungan dengan pembahasan kali ini, yaitu pada definisi ketiga yaitu, tanya jawab peneliti dengan narasumber.  

Adapun definisi wawancara menurut para ahli yakni sebagai berikut.

1. Burhan Bungi

Menurut Burhan Bungi (2013), wawancara merupakan proses memperolah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancara. Burhan Bungi juga berpendapat, interview dapat dilakukan dengan menggunakan alat inteview guide atau pedoman wawancara ataupun tidak.

2. Denzin dan Lincoln

Denzin dan Lincoln (dalam Basuki, 2006), menyatakan interview sebagai suatu percakapan, sesi tanya jawab dan mendengarkan. Interview bukan alat yang netral karena pewawancara dapat menciptakan situasi tanya jawab yang nyata.

3. Kerlinger

Wawancara adalah situasi peran antarpribadi berhadapan muka (face to face). Begitu bunyi wawancara menurut Kerlinger (dalam Basuki, 2006). Ia juga berpendapat bahwa wawancara adalah ketika pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian. Pertanyaan tersebut kemudian diajukan pada pemberi informasi yang disebut informan.

Apa tujuan wawancara?

Menurut Sugiyono (2016), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan. Selain itu disebutkan juga bahwa interview dilakukan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Tujuan utamanya untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Pada dasarnya interview bertujuan memperoleh informasi secara langsung untuk bisa menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu (Zainal, 2010). 

Wawancara harus dilakukan khususnya pada penelitian kualitatif untuk data dan informasi yang didapat akurat, mendalam, objektif, dan menjadi pelengkap informasi awal yang didapatkan. Dengan menanyai narasumber juga bisa memunculkan perspektif baru, di mana tentunya bisa jadi bahasa yang digunakan sama namun cara penyampaian yang berbeda akan membuat perspektifnya juga berbeda dari yang sebelumnya. 

Bagaimana cara melakukannya?

Untuk melakukan interview, kita harus terlebih dahulu jenis wawancara seperti apa yang hendak kita lakukan. Hal ini bertujuan agar saat bertemu narasumber, kita dapat menentukan mana saja topik yang harus ditanyakan, dan apakah ditanyakan secara mendalam atau sekilas saja. Maka penting mengetahui dan memahami beberapa jenis wawancara sebagai berikut.

1. Terstruktur

Wawancara terstruktur adalah ketika semua pertanyaan yang akan diajukan sudah dipersiapkan secara rinci dan lengkap.

2. Tidak terstruktur

Interview yang tidak terstruktur merupakan kegiatan yang sebaliknya dari yang terstruktur, yaitu saat pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka. Jenis ini juga disebut dengan jenis yang bebas karena seorang pewawancara dapat bertanya banyak hal apapun kepada informan.

3. Bebas terpimpin

Jenis ini merupakan gabungan dua jenis sebelumnya. Pewawancara sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan, namun tidak terlalu rinci. Di mana informan masih bisa menyampaikan banyak hal yang tidak tertulis pada pertanyaan, maka jenisnya disebut sebagai wawancara bebas terpimpin. 

Apabila kita sudah mengetahui jenis wawancara apa yang akan kita lakukan, maka kita dapat mempersiapkan diri. Sebagai berikut. 

  1. Persiapkan bahan. Meski interview yang dilakukan adalah jenis tidak terstruktur, namun tetap saja untuk bisa melakukannya dengan lancar, pewawancara wajib tidak “berkepala kosong” saat akan mewawancarai. Maksudnya, minimalnya pewawancara sudah tahu topik besar yang akan ditanyakan, tahu tujuan kedatangannya, dan tahu tujuan kenapa ia melakukan interview. Apalagi jika jenis yang digunakan adalah yang tertruktur dan bebas terpimpin, maka harus sudah disiapkan draft pertanyaan apa saja yang akan disampaikan, yang biasa disebut dengan pedoman wawancara. 
  2. Tepat sasaran. Harus menentukan informan yang tepat, yang bisa memberikan data dan informasi valid tentang topik yang sedang kita teliti. 
  3. Berlatih sebelum bertemu informan. Latihan harus dilakukan, agar dapat memperkirakan, kata apa saja yang sulit diucapkan atau mungkin nanti akan salah terdengar oleh informan. Kemudian pastikan sudah tahu cara menjembatani dari satu pertanyaan ke pertanyaan yang lain. Berlatih juga dapat menunjukkan sikap dan gestur sopan dan santun kita kepada informan. Ini tentu akan sangat berpengaruh pada kenyamanan informan dan pewawancara, dan kenyamanan tentunya memberi efek langsung pada sebanyak apa informasi yang akan didapat dari interview yang dilakukan. Ada baiknya mempersiapkan pakaian yang akan dipakai pun tidak boleh dilakukan mendadak, karena baju yang dikenakan juga akan menunjukkan bahasa kita kepada para narasumber.

Itu dia pembahasan mengenai wawancara. Untuk teman-teman yang ingin mengetahui lebih banyak informasi seputar penelitian, dapat diakses di Blog Ebizmark. Sementara untuk update informasi secara realtime dapat diakses melalui @ebizmark.id.

About The Author

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Please enable JavaScript in your browser to complete this form.