fbpx

Tantangan Pendidikan di Indonesia dalam Era Digital: Cara Beradaptasi dan Upaya Untuk Mengatasinya

Pendidikan Indonesia Memasuki Era Digital

Karena pendidikan merupakan komponen yang penting, setiap negara di dunia memiliki peraturan waktu wajib belajar untuk setiap warga negaranya. Berdasarkan pasal 7 ayat 2 RUU Sisdiknas tahun 2022, Warga Negara Indonesia wajib menempuh pendidikan dasar selama 10 tahun. Sisdiknas menetapkan bahwa WNI harus sudah mulai mengenyam pendidikan dari prasekolah hingga kelas 9 (3 SMP) dan dilanjutkan sampai kelas 3 SMA. Artinya, WNI diwajibkan bersekolah hingga SMA. Di zaman teknologi yang sudah serba canggih ini, sektor pendidikan di Indonesia mau tidak mau harus beradaptasi mengikuti perkembangan teknologi. Namun, dilihat dari peristiwa Covid-19 tahun 2020 lalu, pendidikan di Indonesia terlihat masih kesulitan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Ketika masa pandemi Covid-19 yang mana orang-orang tidak boleh bertemu tatap muka. Banyak sekolah dan lembaga pendidikan lainnya di Indonesia yang kesulitan bagaimana cara agar pendidikan tetap berjalan seperti seharusnya. Di luar negeri, penggunaan platform diskusi online sudah dari dulu dipakai. Sehingga mereka tidak terkejut ketika masa pandemi yang tidak diperbolehkan untuk tatap muka antara pendidik dan peserta didik. Selain itu, mereka juga sudah menerapkan presensi dan ujian digital sementara di Indonesia masih banyak yang belum menerapkannya. Oleh karena itu, masa pandemi Covid-19 adalah batu loncatan yang tinggi bagi pendidikan di Indonesia untuk menghadapi era digital.

Lantas, apa saja tantangan yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia dan bagaimana cara mereka mengatasinya?

Tantangan dan Upaya Pendidikan Indonesia di Era Digital

1. Tidak Semua Guru Melek Akan Teknologi

Rentang usia profesi guru sangatlah luas, bahkan profesor banyak yang sudah memasuki lanjut usia. Karena mereka tidak tumbuh bersama perkembangan teknologi, maka jadinya sulit bagi mereka untuk langsung berhadapan dengan urusan yang serba digital sekaligus secara tiba-tiba. Selain sulit bagi guru, hal ini juga akan sulit bagi murid yang tidak tahu harus bagaimana karena tidak ada arahan lebih lanjut mengenai tugas sekolah maupun perkuliahan dan bisa berdampak pada “nilai ghaib” atau pemberian nilai sesuka hati.

Upaya yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia untuk mengatasi tantangan ini adalah diadakannya pelatihan cara memanfaatkan teknologi di bidang pendidikan yang ditujukan kepada guru, dosen, dan tenaga pendidik lainnya.

2. Belum Meratanya Fasilitas Teknologi yang Memadai di Indonesia

Di Indonesia sendiri masih banyak sekolah yang fasilitas teknologinya belum memadai. Jangankan teknologi, fasilitas umum seperti kelas, ruang guru, atau lapangan pun masih banyak yang belum memadai. Pada akhirnya hanya sekolah di kota-kota besar saja yang dapat menerapkan pendidikan berbasis digital.

Upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia salah satunya adalah diadakannya program dari pemerintah, yaitu menyediakan internet serta fasilitas teknologi lainnya untuk daerah-daerah terpencil. Selain itu, banyak juga dari universitas maupun lembaga swasta yang membuat program pengabdian ke daerah-daerah yang masih belum melek teknologi dengan harapan daerah yang dikunjungi dapat ikut beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

3. Penurunan Kualitas Pembelajaran Karena Peserta Didik Tidak Bisa Bertemu Langsung

Sejak pertemuan kelas sudah mulai diadakan di platform digital seperti Zoom atau Google Meeting, banyak murid yang mengeluh karena guru hanya memberikan materi selama kelas di Zoom dan tidak bisa melakukan praktek langsung. Selain murid, guru juga banyak yang mengeluh karena murid yang tidak interaktif, terlebih jika mereka tidak mengaktifkan kameranya. Tantangan ini sebenarnya masih sulit dicari solusinya terutama ketika pandemi yang tidak boleh bertemu secara tatap muka sama sekali.

Upaya yang telah dilakukan sebenarnya menjadi beban bagi guru sendiri karena guru yang harus memikirkan inovasi agar pembelajaran tidak monoton, seperti memastikan murid ikut berpartisipasi dan menjaga komunikasi serta kepercayaan dengan orangtua murid.

4. Banyaknya Media Pembelajaran Daring yang Berbayar

Media penunjang pembelajaran online atau daring yang kita ketahui seperti Zoom Meeting, Canva, dan lainnya itu berbayar apabila ingin menggunakan fitur lanjutan. Bahkan tdak jarang biaya berlangganan yang dipatok cukup besar. Walaupun fasilitas dari Google Team banyak yang gratis seperti Google Meeting dan Google Classroom, namun ada beberapa yang merasa lebih nyaman apabila menggunakan platform lain.

Pemerintah Indonesia sendiri telah berupaya mengembangkan platform gratis untuk menunjang pembelajaran peserta didik di Indonesia, contohnya seperti belajar.id dan Merdeka Mengajar.

5. Harus Mengeluarkan Biaya untuk Membeli Gadget 

Untuk bisa melakukan pembelajaran daring pastinya dibutuhkan gadget. Namun tidak semua orang mampu memiliki biaya lebih untuk membelinya. Lembaga pendidikan yang di daerah terpencil juga memiliki keterbatasan ekonomi untuk membuat laboratorium komputer.

Selain disediakan gadget untuk lembaga-lembaga pendidikan oleh pemerintah, upaya lain yang telah dilakukan adalah diadakannya beasiswa-beasiswa untuk murid berprestasi. Kini banyak beasiswa yang tidak hanya menyediakan benefit uang saku, tapi ada juga benefit laptop.

6. Peluang Terjadinya Penurunan Karakter Murid

Karena jarang bertemu tatap muka, tidak sedikit murid yang menjadi tidak segan melakukan aksi cybercrime atau kejahatan online dengan dalih mereka tidak akan ketahuan. Jika di sekolah atau kelas, murid yang nakal akan langsung dihukum oleh mereka. Namun di dunia maya murid bisa bersembunyi di balik username yang tidak akan ketahuan. Interaksi di dunia maya juga bisa membuat murid lupa bagaimana tata cara berkomunikasi yang baik dengan orang yang lebih tua.

Cara untuk meminimalisir masalah ini adalah diterapkannya pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Kini sudah ada beberapa sekolah yang sudah menerapkannya. Selain guru, orangtua juga harusnya berperan besar pada hal ini.

Nah, itu dia tantangan-tantangan pendidikan di Indonesia dan upaya apa saja untuk mengatasinya. Sebagai peserta didik, siap untuk berjuang mengharumkan nama Indonesia?

Ebizmark Ikut Serta dalam Membangun Pendidikan

Ebizmark merupakan perusahaan yang membantu para akademisi dalam bidang penelitian. Hal itu dikategorikan sebagai salah satu penunjang perkembangan IPTEK. Ebizmark akan terus membantu pengembangan pendidikan melalui pelatihan-pelatihan pada bidang penelitian. Disediakan juga social media yang terus memberikan tips dan trik tentang penelitian dan seputar pendidikan di Instagran @ebizmark.id

About The Author

3 thoughts on “Tantangan Pendidikan di Indonesia dalam Era Digital”

  1. Pingback: Tantangan Pendidikan di Indonesia di dalam Era Digital

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Please enable JavaScript in your browser to complete this form.