Semakin Menjamur, Ini Tips Menghindari Jurnal Predator

Semakin Menjamur, Ini Tips Menghindari Jurnal Predator

Fenomena publikasi ilmiah semakin berkembang pesat seiring meningkatnya tuntutan riset dan kebutuhan publikasi bagi akademisi. Tren ini sayangnya diikuti oleh kemunculan jurnal predator yang merugikan peneliti serta merusak integritas ilmiah. Maraknya kasus penipuan berkedok publikasi ilmiah menunjukkan pentingnya kewaspadaan agar naskah penelitian tidak terjerat ke jurnal yang tidak bereputasi.

Apa Itu Jurnal Predator?

Jurnal predator adalah jurnal ilmiah yang mengeksploitasi kebutuhan peneliti untuk memublikasikan karya ilmiahnya dengan mengenakan biaya tinggi tanpa melalui proses penelaahan sejawat (peer review) yang ketat. Penerbit semacam ini biasanya tidak memiliki standar editorial yang jelas, bahkan kerap mengklaim terindeks di database bereputasi padahal tidak terverifikasi. Dampaknya, publikasi yang masuk ke jurnal predator sering kali tidak memiliki kredibilitas akademik dan dapat mengurangi reputasi penulis maupun institusinya.

Read More

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Metode Wawancara dalam Penelitian

Tips Menghindari Jurnal Predator

Banyak kasus menunjukkan bahwa penulis tergoda oleh janji publikasi cepat tanpa menyadari risiko jangka panjangnya. Oleh karena itu, strategi pencegahan harus dilakukan sebelum mengirimkan naskah ke jurnal manapun. Berikut beberapa tips penting yang dapat menjadi panduan.

1. Periksa Kredibilitas dan Indeksasi Jurnal

Langkah utama adalah memeriksa apakah jurnal tersebut terindeks di database bereputasi seperti Scopus, Web of Science, atau Sinta (untuk konteks Indonesia). Jurnal predator sering mengklaim indeksasi palsu sehingga penulis harus memverifikasi langsung ke situs resmi indeksasi tersebut. 

Selain itu, periksa pula keanggotaan jurnal pada organisasi pengelola etika publikasi seperti COPE (Committee on Publication Ethics).

2. Evaluasi Kualitas Website dan Proses Editorial

Situs resmi jurnal bereputasi biasanya memiliki tampilan profesional, mencantumkan dewan editor dengan afiliasi yang jelas, serta menjelaskan alur peer review secara transparan. 

Jika jurnal tidak menampilkan informasi editorial yang lengkap, mencantumkan editor fiktif, atau menjanjikan publikasi instan tanpa proses telaah mendalam, hal tersebut merupakan indikasi kuat jurnal predator. Kualitas bahasa dan tata letak website yang buruk juga sering menjadi sinyal peringatan.

3. Analisis Biaya Publikasi dan Cara Komunikasi

Jurnal ilmiah yang bereputasi biasanya memberikan penjelasan transparan mengenai biaya publikasi (article processing charge) dan hanya menarik biaya setelah naskah diterima pasca-review. 

Jika jurnal menuntut pembayaran segera setelah pengiriman naskah atau memberikan promosi berlebihan melalui email massal, penulis patut mencurigainya. Komunikasi yang tidak profesional dan terlalu mendesak publikasi juga sering menjadi ciri jurnal predator.

Meningkatnya jumlah jurnal predator menuntut peneliti untuk lebih cermat sebelum memilih media publikasi. Verifikasi indeksasi, evaluasi transparansi editorial, dan penilaian biaya publikasi menjadi langkah penting untuk menghindari kerugian akademik. 

Dapatkan lebih banyak artikel, tips penelitian, dan informasi menarik lainnya di Instagram @ebizmark.id. Jangan lewatkan pula berbagai Kelas Gratis mengenai penelitian yang bisa diikuti hanya di Ebizmark.id!

Related posts