Deep Learning dan Kurikulum Merdeka, Apa bedanya?

Kurikulum Merdeka

Deep Learning VS Kurikulum Merdeka, Jangan Salah Kaprah!

Pernah dengar istilah Deep Learning dan langsung berpikir bahwa ini adalah kurikulum baru seperti kurikulum merdeka? Kalau merasa begitu, kamu tidak sendiri. Banyak guru, orang tua, bahkan siswa masih kebingungan membedakan keduanya.

Padahal, Deep Learning dan Kurikulum Merdeka punya fokus dan cara penerapan yang berbeda. Keduanya bisa saling melengkapi dalam proses belajar. Memahami perbedaan keduanya penting agar pembelajaran tidak sekadar memenuhi kurikulum, tetapi juga membentuk siswa yang kreatif, kritis, dan mampu menerapkan ilmu dalam kehidupan nyata.

Deep Learning dalam Pembelajaran

Deep Learning dalam pendidikan bukanlah sebuah kurikulum baru, melainkan sebuah pendekatan baru dalam pembelajaran agar lebih mendalam. Dalam penerapannya, siswa tidak hanya menghafal, namun juga benar-benar memahami konsep, menggabungkan ide baru dengan pengetahuan sebelumnya, dan mampu menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Bayangkan seorang siswa sedang belajar tentang gaya dan gerak. Kalau hanya menghafal rumus, mungkin dia bisa menjawab soal dengan benar, tapi belum tentu benar-benar paham bagaimana gaya itu bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan Deep Learning, siswa tidak sekedar menghafal teori, tapi juga melihat bagaimana ilmu tersebut berlaku di dunia nyata. Misalnya, mereka bukan hanya mempelajari rumus, namun juga melakukan percobaan sederhana seperti mengamati benda yang meluncur di bidang miring, mencatat hasilnya, lalu menganalisis sesuai dengan konsep yang dipelajari. Dari situ, siswa bukan hanya tahu rumus, tapi juga mengerti maknanya.

Contoh lain penerapannya dalam pembelajaran adalah pada saat pelajaran bahasa, guru dapat meminta siswanya membuat cerita atau drama berdasarkan pengalaman pribadi. Mereka tidak hanya menulis sesuai format, namun juga menganalisis karakter, alur, atau pesan moral dari cerita tersebut. Proses seperti ini tentu akan melatih kreativitas, kemampuan analisis, dan keterampilan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan tujuan Deep Learning yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan pemahaman konseptual yang mendalam.

Kurikulum Merdeka, Struktur Fleksibel untuk Guru dan Siswa

Kurikulum Merdeka adalah sebuah kerangka atau struktur pembelajaran yang dirancang untuk memberikan fleksibilitas lebih besar kepada guru maupun siswa. Berbeda dengan kurikulum tradisional yang cenderung kaku dan seragam, Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang adaptif dan berpusat pada kebutuhan serta minat siswa. Dengan pendekatan ini, guru memiliki kebebasan dalam merancang metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik kelas, sementara siswa diberikan ruang untuk mengeksplorasi materi sesuai gaya belajar dan minat mereka.

Salah satu fitur utama Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas menentukan tema, proyek, dan aktivitas. Guru bisa menyesuaikan materi dengan konteks lokal atau isu yang relevan. Dengan begitu, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan kontekstual. Selain itu, siswa dapat memilih proyek atau topik yang ingin mereka dalami, yang mendorong rasa ingin tahu, kreativitas, dan kemandirian dalam belajar.

Kurikulum ini juga mendukung penggunaan berbagai metode pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis proyek, eksperimen, diskusi, maupun pembelajaran daring. Pendekatan yang fleksibel ini memungkinkan guru untuk menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kebutuhan kelas, sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif, kolaboratif, dan kontekstual.

Menerapkan Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka

Meski termasuk dua hal yang berbeda, prinsip Deep Learning bisa diterapkan dalam Kurikulum Merdeka. Misalnya, guru memberi kebebasan siswa memilih proyek atau topik yang ingin mereka dalami. Dalam proses pembelajaran Kurikulum Merdeka, guru dapat menerapkan pendekatan Deep Learning, yaitu dengan mendorong siswa untuk bereksperimen, berdiskusi, merefleksikan hasil, serta menghubungkan pengalaman atau temuan mereka dengan konsep-konsep yang sedang dipelajari.

Pendekatan ini membuat belajar lebih bermakna dan menyenangkan. Siswa tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi aktif membangun pemahaman sendiri. Deep Learning juga mendorong siswa berpikir kritis, kreatif, dan sistematis. Mereka mampu melihat hubungan antar-konsep dan mengaplikasikan ilmu dalam situasi nyata.

Lebih dari itu, guru tetap dapat menyesuaikan proyek, metode pengajaran, dan penilaian sesuai dengan fleksibilitas Kurikulum Merdeka. Hal ini memungkinkan kedua pendekatan saling melengkapi, Kurikulum Merdeka menyediakan kerangka yang adaptif dan personal, sementara Deep Learning memastikan pembelajaran berlangsung secara mendalam dan transformatif. Dengan kombinasi ini, siswa tidak hanya sekadar mengikuti kurikulum, tetapi juga belajar memahami, menerapkan, dan menginternalisasi ilmu secara menyeluruh.

Tips Menerapkan Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka

  1. Gabungkan proyek nyata dengan kebebasan memilih topik agar siswa lebih termotivasi.
  2. Gunakan diskusi kelompok, refleksi, dan presentasi sebagai metode belajar aktif.
  3. Fokus pada pemahaman konsep, bukan sekadar hafalan.
  4. Dorong siswa menghubungkan materi dengan pengalaman sehari-hari.
  5. Berikan penilaian yang menekankan proses berpikir, kreativitas, dan aplikasi ilmu pemgetahuan, bukan hanya hasil akhir.

Dengan strategi ini, siswa akan belajar secara lebih mendalam, kreatif, dan menyenangkan, sementara guru tetap bisa mengikuti fleksibilitas Kurikulum Merdeka. Kedua pendekatan ini saling melengkapi, membuat pembelajaran lebih bermakna dan efektif.

Tertarik dengan informasi seputar pendidikan? dapatkan wawasan, tips, serta strategi menarik seputar pendidikan hanya di Ebizmark.id. Ebizmark juga menyajikan berbagai informasi pelatihan, workshop, dan webinar untuk para akademisi untuk terus berkembang.

Related posts